Lama nian Mad Pelit nggak nongol, dia sedang kesel dengan kepala sekolahnya, sebagai guru, dia lakukan tugas dengan baik, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, dia lakukan, membuat silabus, dia lakukan, ketika musim ulangan, Mad Pelit menyusun kisi-kisi soal dan soal untuk murid-muridnya dia buat dengan lengkap, jam mengajar 24 jam per minggu terpenuhi, bahkan ada sedikit kelebihan jam mengajar.
Sejak diangkat sebagai guru, Mad Pelit sangat loyal pada murid-muridnya, jika tidak ada hal yang mendesak, Mad Pelit pasti melaksanakan tugasnya dengan baik, bahkan ketika ada banjir, dia rela mengorbankan beberapa pohon pisangnya untuk dibuat rakit agar bisa sampai ke tempat tugasnya. Ketika kepala sekolahnya meminta menggantikan tugas pelatihan ke pusat, Mad Pelit pilih mengajar. Ada panggilan dari dinas yang mengharuskan dia ikut pelatihan ke pusat pun, dia kembalikan surat panggilan itu. Dia kukuh mengajar, kata dia kalau guru sering meninggalkan tugas, kapan murid akan pandai.
Mad Pelit pun tidak mau diajak demo ketika daerah lain insentif dari pemda tapi wilayah Mad Pelit tak turun-turun insentifnya walau sudah diumumkan besaran dan nominalnya namun sudah tahunan tak sampai ke tangan sesama teman guru, dia tetap pilih mengajar, guru kok demo, itu contoh yang tidak baik, daripada demo mbok coba telusuri sendiri insentif itu nyangkut dimana, kata Mad Pelit lebih lanjut.
Kini sedang musim sertifikasi, rekan-rekan Mad Pelit sibuk urus sana urus sini, dia pilih mengajar, kalau guru sibuk dengan urusannya sendiri, kapan murid peka terhadap urusan orang lain. Ketika giliran Mad Pelit mendapat jatah sertifikasi, dia urus juga, sampai beres dia buat portofolionya. Pada saat pengumuman, ternyata Mad Pelit dinyatakan tidak lulus dan harus mengikuti training. Mad Pelit ngedumel, guru yang rajin mengajar kok malah tidak lulus, aneh....apa yang jadi dasar penilainnya, dia beranikan diri mengecek rincian penilaian portofolionya, dia kaget bukan kepalang, kok bisa kepala sekolahku memberi penilaian serendah itu, jadi kemana nilai kerajinanku, dimana nilai loyalitasku terhadap murid. Di hampir kegiatan akademis tingkat daerah mau pun nasional, setiap tahun murid Mad Pelit ada saja yang lolos menjadi juara, kelulusan murid-muridnya pun mempunyai nilai diatas rata-rata, lha kok penilaian kegiatan belajar mengajar nya yang bikin dia tidak lolos sertifikasi, tak habis pikir dia, makanya dia kesel banget dengan kepala sekolahnya, Mad Pelit bertekad menghadap kepala sekolahnya bila perlu kepada perancang pembuat portofolio agar yang benar-benar guru profesional yang lolos sertifikasi, tapi kapan.....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar